BAB
I
PENDAHULUAN
Islam
adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan ia adalah agama
yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal). Keimanan itu merupakan “akidah
dan pokok” yang diatasnya berdiri syariat Islam.[1]
Agama
islam itu adalah Aqidah dan syari’ah. Adapun yang dimaksud degan Aqidah itu
setiap perkataan yang dibenarkan oleh jiwa, yang denganya hati menjadi tenteram
serta menjadi keyakinan bagi para pemeluknya, tidak ada keraguan dan
kebimbangan didalamnya. Sedangkan yang dimaksud dengan syri’ah adalah
tugas-tugas pekerjaan yang dibebankan oleh Islam seperti shalat, zakat,puasa,
berbakti kepada orang tua dan lain-lain. Landasan aqidah Islamiayah adalah
beriman kepada Allah, malaikat- malaikatNya,hari akhir, dan beriaman kepada qadar
(taqdir) Nya, yang baik maupun yang buruk. Firman Allah (Q.S. Al- Baqarah: 177)[2]
* }§ø©9
§É9ø9$#
br&
(#q9uqè?
öNä3ydqã_ãr
@t6Ï%
É-Îô³yJø9$#
É>ÌøóyJø9$#ur
£`Å3»s9ur
§É9ø9$#
ô`tB
z`tB#uä
«!$$Î/
ÏQöquø9$#ur
ÌÅzFy$#
Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur
É=»tGÅ3ø9$#ur
z`¿ÍhÎ;¨Z9$#ur
tA#uäur
tA$yJø9$#
4n?tã
¾ÏmÎm6ãm
Írs
4n1öà)ø9$#
4yJ»tGuø9$#ur
tûüÅ3»|¡yJø9$#ur
tûøó$#ur
È@Î6¡¡9$#
tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur
Îûur
ÅU$s%Ìh9$#
uQ$s%r&ur
no4qn=¢Á9$#
tA#uäur
no4q2¨9$#
cqèùqßJø9$#ur
öNÏdÏôgyèÎ/
#sÎ)
(#rßyg»tã
( tûïÎÉ9»¢Á9$#ur
Îû
Ïä!$yù't7ø9$#
Ïä!#§Ø9$#ur
tûüÏnur
Ĩù't7ø9$#
3 y7Í´¯»s9'ré&
tûïÏ%©!$#
(#qè%y|¹
( y7Í´¯»s9'ré&ur
ãNèd
tbqà)GßJø9$#
ÇÊÐÐÈ
177.
bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
Disini
kami akan menjelaskan tentang keimanan itu dan juga sifat yang dapat
membinasakan keimanan atau yang dimaksud adalah kufur. Baik dari segi pegertian
ataupun dari hal yang lainya.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP IMAN DAN KUFUR DALAM ISLAM
Keimanan
dan perbuatan, atau dengan kata lain ‘aqidah dan syariat. Keduanya itu antara
satu dengan yang lain sambung-menyambung, hubungan-menghubungi dan tidak dapat
berpisah yang satu dengan yang lainya. Keduanya adalah sebagai musabbab dengan
sebabnya atau sebagai natijah (hasil) dengan mukaddimahnya (pendahuluan). Oleh karena itu adanya
hubungan yang amat erat itu maka amal perbuatan selalu disertakan penyebutanya
dengan keimanan dalam sebagian besar ayat-ayat Al-Quran yaitu:[3]
ÎÅe³o0ur
úïÏ%©!$#
(#qãYtB#uä
(#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$#
¨br&
öNçlm;
;MȬYy_
ÌøgrB
`ÏB
$ygÏFøtrB
ã»yg÷RF{$#
( $yJ¯=à2
(#qè%Îâ
$pk÷]ÏB
`ÏB
;otyJrO
$]%øÍh
(#qä9$s%
#x»yd
Ï%©!$#
$oYø%Îâ
`ÏB
ã@ö6s%
( (#qè?é&ur
¾ÏmÎ/
$YgÎ7»t±tFãB
( óOßgs9ur
!$ygÏù
Ólºurør&
×ot£gsÜB
( öNèdur
$ygÏù
crà$Î#»yz
ÇËÎÈ
25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman
dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada
Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di
dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya[32].
[32]
Kenikmatan di syurga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani
maupun rohani.
A. IMAN
1. Pengertian
Kata
iman berasal dari bahasa Arab yang berarti tasdiq (membenarkan). Iman
ialah kepercayaan dalam hati meyakini dan membenarkan adanya Tuhan dan
membenarkan semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Kerana iman, seseorang
mengakui adanya hal-hal yang wajib dan hal-hal yanh mutahil bagi Allah. Iman
menjadikan seorang mukmin berbahagia dan berhak untuk mendapatkan surga Tuhan
kelak di hari akhirat.[4]
Dalam
pembahasan ilmu kalam atau ilmu tauhid, kosep iman terbagi menjadi tiga
golongan, yaitu:[5]
1) Iman
adalah tasdiq di dalam hati akan wujud Allah dan keberadaan Nabi atau Rasul
Allah. Menurut konsep ini, iman dan kufur semata-mata adalah urusan hati, bukan
terlihat dari luar. Jika seseorang sudah tasdiq (membenarkan/ meyakini) akan
adanya Allah, maka ia sudah di sebut telah beriman, sekalipun perbuatannya
belum sesuai dengan tuntunan ajaran agamanya. Konsep ini di anut oleh mazhab
Murji’ah, Jahamiayah, dan Asy’ariyah.
2) Iman
adalah tasdiq di dalam hati dan di ikrarkan dengan lidah. Dengan demikian,
seseorang dapat digolongkan beriman apabila ia mepercayai dalam hatinya akan
keberadaan Allah dan mengikrarkan (mengucapkan) kepercayaan itu dengan lidah.
Antara Keimanan dan amal perbuatan
manusia tidak terdapat hubungan, yang terpenting dalam iman adalah tasdiq dan
ikrar. Konsep ini telah di anut sebagian pengukut Muhammadiyah.
3) Iman
adalah tasdiq di dalam hati, ikrar
dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Antara iman dan perbuatan
manusia terdapat keterkaitan karena keimanan seseorang ditentukan pula oleh
amal perbuatannya. Konsep ini di anut oeh Mu’tazilah, Khawarij.
Menurut Abu
Hanafi dan Jamaah dari Asy’ariyah, bahwasanya hakekat iman itu murakkab,
artinya bersusun pada dua perkara. Pertama tashdiq didalam hati yang tersebut
itu, ikrar dengan lidah dengan dua kalimat syahadat. Maka atas qaul ini barang
siapa tashdiq didalam hatinya akan yang tersebut itu tetapi dilidahnya tiada
ikrar dengan dua kalimat syahadat pada
hal kuasa diatas ikrar, maka orang itu tiada mu’min pada hokum zahir dan batin.
Maka tiadalah ia daripada isi surga hanya adalah ia daripada isis neraka kekal
didalamnya selama-lamanya. Inilah qaul yang kedua dari pada dua qaul yang
masyhur pada hakikat iman.[6]
2. Makna Iman
Dasar pemikiran
bagi perjalanan dan kehidupan praktis umat manusia seperti itulah yang menurut
istilah Al-Qur’an disebut sebagai “iman”. Kata iman itu terdiri dari tiga huruf
asal: Hamzah, Mim, dan Nun, yang merupakan kata kerja dari mashdar
al-amn (keamanan) lawan kata dari al-khauf (ketakutan). Iman
mengandung arti ketentraman dan kedamaian kalbu, yang dari kata itu pula muncul
kata al-amanah (amanah, bias dipercaya) lawan kata dari al-khiyanah
(khianat, keingkaran).[7]
Yang dimaksud dengan keimanan seseorang terhadap
sesuatu, adalah bahwa dalam hati orang tersebut telah tertanam kepercayaan dan
keyakinan tentang sesuatu, dan sejak itu ia tidak khawatir lagi terhadap
menyelusupnya kepercayaan lain yang bertentangan dengan kepercayaannya, sedangkan
yang dimaksud dengan lemah iman adalah orang yang hatinya tidak tidak pernah
mengenyam ketenteraman dengan kepercayaannya. Lalu yang disebut kuat iman
adalah orang yang sesudah menanamkan keyakinannya, membangun sepak-terjang
hidupnya diatas asas yang kokoh dan kuat yang betul-betul bisa dijadikan
pegangan serta memberikan jaminan ketentraman bahwa amal-amal yang ia
laksanakan pasti sesuai dengan keyakinan itu. [8].
3. Ruang lingkup Iman
a. Iman Kepada Allah
Yang
dimaksud degan imam kepada Allah adalah
mempercayai dengan sepenuhnya, tanpa ada keraguaan degan adanya Allah. Yang
Maha Esa dan Yang Maha Sempurna, baik dari zatnya, sifat-sifatya maupun af’al( perbuatan)-Nya. Dan mengikuti apa yang di perintahkan oleh Allah
dan Rasul dan manjauhi apa-apa yang dilarangnya denan penuh keikhlasan.
Beriman
kepada Allah Adela suatu pengakuaan bahwa tuhan yang sebenarnya Adalah Allah.
Pengakuaan meliputi pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan dan dengan
perbuatan. Jadi iman kepada Allah iman itu meliputi kepada tuhan terhadap
anjuran-anjuranya Allah.[9]
b.
Iman Kepada malaikat
Iman
kepada malaikat mengandung arti bahwa seseorang percaya dengan sepenuhnya bahwa
Allah mempunyai sejenis makhluk yang disebut malaikat, makhluk yang mulia yang
tidak pernah durhaka kepada Tuhan dan senantisa menjalankan tugas dan
kewajibannya.
Para
malaikat itu di beri Allah SWT tugas- tugas tertantu. Ada yang bertugas
menyanpaikan wahyu kepada nabi/ rasul yaitu malaikat jibril, dan ada juga yang
bertugas mencatat segala ucapan dan perilaku manusia, baik atau buruk yaitu
malaikat Raqib dan Atid, dan seterusnya.
Di
dalam sebuah hadist disebutkan bahwa
malaikat itu di ciptakan oleh Allah dari nur( cahaya ), manusia dari tanah, dan
jin dari api.
“malaikat
diciptakan dari nur (cahaya), jin diciptakan dari nyala api, dan Adam
diciptakan dari apa yang telah dijelaskan sebelumnya kepada kamu(dari tanah.
Riwayat Muslim dari Asyiah r.a)”.
c. Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
Beriman
kepada kitab-kitab Allah ialah mempercayai bahwa Allah menurunkan bebarapa
kitab kepada Rasul untuk menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi manusia dalam
mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Kitab-
kitab yang diturunkan oleh Allah kepada rasul itu cukup banyank, namun yang
secara jelas disebutkan dalam al-Qur’anhanya empat yaitu: taurat, zabur, injil
dan al Qur’an. Masing-masing kitab
tersebut diturunkan kepada Nabi Musa, nabi daud, nabi isa dan nabi Muhammad
SAW.
Pengaruh
keimanan kepada kitab-kitab Allah terhadap seseorang antara lain Adalah:
a. Mengajarkan
toleransi terhadap pemeluk agama yang lain.
b. Memberi keyakinan
bahwa al-Qur’an Adela kitab suci yang paling sempurna, lebih dari
kitab-kitab suci lainya, dan merupakan kitab suci yang terakhir diturunkan oleh
Allah SWT.
d. Iman Kepada Nabi/ Rasul
Beriman
kepada nabi dan rasul ialah meyakini dan percaya bahwa Allah telah memilih di
antara manusia, dngan memberikan wahyu kepada mereka , dan menjadikan mereka
sebagai utusan untuk membiming manusia ke jalan yang benar.
Setiap
muslim wajib mengimani adanya para rasul, di dalam al-Qur’an rasul yang wajib
di imani ada 25 orang, 18 orang di sebutkan dalam surah an’am ayat 83-86 dan 7 orang disebutkan dalam bebarapa surah.[10]
Kewajiban
kepada nabi/ rasul cukup secara global saja. Maksudnya, setiap mukmin wajib percaya
bahwa Allah mengutus bebarapa orang Rasul/Nabi, tanpa mengatahui berapa jumlah
nabi/rasul itu serta siapa saja nama-namanya dan dimana mereka bertugas
membimbing kaumnya. Jumlah nabi/rasul yang dicantumkan Allah adalah 25.
Nabi
atau rasul yang diutus oleh Allah sebelum Nabi Muhamad SAW mempunyai tugas yang
terbatas. Mereka hanya membimbing bangsa dan kaum nya, untuk waktu tertantu dan
wilayah tertantu. Sedangkan Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh umat
manusia, tanpa terbatas dan tidak terbatas oleh waktu sampai hari kiamat.
Dalil
yang menunjukan bahwa nabi Muhammad SAW
diutus untuk seluruh umat manusia, sebagai nabi dan rasul terakhir, dan
syariatnya berlaku untuk segala tempat dan zaman, antara lain firman Allah SWT
dalam surah saba ayat 28; yang artinya:
“dan
kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawaa berita gambira dan pemberi peringatan , tetapi kebanyakan mereka tidak
mengatahui”.
Makna
kita beriman kepada nabi dan rasul Adalah Mempertebal keimanan dan kecintaan
kepada Allah SWT sebab Allah dengan penuh cinta dan kasihnya selalu mengutus
rasul untuk membimbing umat manusia agar mereka tidak tersesat dalam mencapai
kebahagian hidup, di dunia maupun di akhirat.
e.
Iman Kepada Hari Kiamat
Hari
kiamat atau hari akhir juga disebut hari kehancuran alam semasta. Segala yang
ada di dunia ini akan musnah dan semua mkhluk hidup akan mati. Dan selanjutnya
berganti denga yang baru yang disebut alam akhirat.
Iman
pada hari akhir berarti percaya akan adanya hari tersebut dan meyakini dengan
sepenuhnya bawa hari kiamat itu pasti akan terjadi.
Hal-hal
yang berhjbungan dengan hari kiamat ini antara lain Adela al-ba’ts(kebangkitan
dari kubur), hisab(perhitungan amal baik dan buruk manusia), al-shirath(jalan
yang terbentang di atas punggung neraka), surga, neraka.
Dalam
surah al-Zumar ayat 68 Allah SWT berfirman; yang artinya:
“dan tiuplah sangkakala, Matilah
orang-orang yang ada di langit dan di bumi, kecuali orang-orang yang
dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala sekali lagi, maka mereka
tiba-tiba berdiri menunggu(putusannya masing-masing)”.
Iman
pada hari akhir memberikan pengaruh positif bagi kehidupan manusia, diantanya;
1.
Akan selalu menjaga dan memelihara diri dari melakukan perbuatan dosa, dan akan
selalu taat kepada Allah karena amal ,
baik atau buruk aka nada balasanya di hari akhirat.
2.
Sabar dalam menghadapi segala cobaan, karena yakin bahwa kesenangan dan
kebahagiaan hidup yang sesungguhnya Adalah di akhirat.
f. Iman kepada Qadha dan Qadhar
Beriman
kepada qadha dan qadhar ialah mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT telah
menjadikan segala makhluk dangan kudrat dan iradat-Nya dan dengan segala
hikmahnya. Didalam al-Qur’an di tegaskan bahwa semua makhluk telah ditetepkan
takdirnya oleh Allah. Dari keterangan al-Qur’an tersebut tidak dapat dipahami
bahwa makhluk tersebut tidak dapat melampaui batas ketantuan atau takdirnya
yang ada[11]
Dalam surah al-a’la ayat 2-3 Allah berfirman;
‘Yang menciptakan dan
menyempurnakan(penciptaanya). Dan yang menantukan kadar(masing-masing)dan
member petunjuk”
Qadha ialah ketantuan-ketantuan yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT dalam alam semasta. Misalnya bulan mengendari bumi,
api yang sifatnya membakar dan benda tajam sifatnya melukai, sdangkan Qadhar
ialah sesuatu yang belum ditetapkan benar-benar,tetapi jika di qadhakan barulah
ia menjadi kenyataan.
Manfaat
beriman kepada qadha dan qadhar,yaitu:
1.
Mendorong lahirnya keberaniaan dan menegakkan kebenaran.
2.
Menimbulkan ketenagan jiwa dan pikiran, tidak putus asa dalam menghadapi setiap
persoalan, dan selalu tawakal kepad Allah SWT.[12]
- KUFUR
1. Pengertian
Kata
kufur atau kafir mempunyai lebuh dari satu arti. Kufur
dalam banyak pengertian sering diantagoniskan atau sebagai eadaan yang
berlawanan dengan iman. Adapun yang dimaksud dengan kufur dalam
pembahasan ini adalah keadaan tidak percaya atau tidak beriman kepada Allah
SWT. Maka orang yang kufur atau yang kafir adalah orang yang
tidak percaya atau tidak beriman kepada Allah baik orang tersebut bertuhan
selain Allah maupun tidak bertuhan, seperti paham komunis (ateis).[13]
Diantara sifat dan ciri orang
kafir, yaitu:
1. Kufur kepada Allah swt.
2. Mempunyai sifat hasad dan dengki kepada orang mukmin.
3. Memperolok-olok Allah dan Rasul-Nya serta agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
4. Membuat kerusakan dimuka bumi dengan melakukan berbagai-bagai kezaliman.
5 . Memiliki sifat pendusta dan manipulasi terhadap orang lain; memerintahkan kemungkaran dan mencegah kebaikan seperti kikir, rakus, tamak dan membuat kerusakan lain dengan cara dan gaya bahasa yang indah sehingga orang lain terpedaya.[14]
1. Kufur kepada Allah swt.
2. Mempunyai sifat hasad dan dengki kepada orang mukmin.
3. Memperolok-olok Allah dan Rasul-Nya serta agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
4. Membuat kerusakan dimuka bumi dengan melakukan berbagai-bagai kezaliman.
5 . Memiliki sifat pendusta dan manipulasi terhadap orang lain; memerintahkan kemungkaran dan mencegah kebaikan seperti kikir, rakus, tamak dan membuat kerusakan lain dengan cara dan gaya bahasa yang indah sehingga orang lain terpedaya.[14]
Kekafiran
jelas sangat bertentangan dengan akidah Islam atau tauhid sebab tauhid adalah
kepercayaan dan keimanan atau keyakinan akan adanya Allah SWT. Orang kafir
sering, melakukan bentahan terhadap ketentuan-ketentuan syariat Allah atau
menantang Allah. Mereka selalu berdaya upaya agar Islam dan kepercayaannya
lenyap dari permukaan bumi dengan berbagi jalan.[15]
Dengan
demikian, kufur merupakan keadaan dimana seseorang tidak mengikuti ketentuan-ketentuan
syariat yang telah digariskan oleh Allah. Oleh sebab itu, kufur mempunyai
lubang-lubang yang kalau tidak hati-hati seorang manusia akan terjerumus ke
dalam lubang yang menyesatkan, seperti syirik, nifak, murtad, tidak mau
bersyukur, dan sebagainya.[16].
Allah berfirman.
óOs9
Ç`ä3t
tûïÏ%©!$#
(#rãxÿx.
ô`ÏB
È@÷dr&
É=»tGÅ3ø9$#
tûüÏ.Îô³ßJø9$#ur
tûüÅj3xÿZãB
4Ó®Lym
ãNåkuÏ?ù's?
èpuZÉit7ø9$#
ÇÊÈ
Orang-orang
kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak
akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
(Q.S. Al-Bayinah: 1)
2. Jenis-Jenis Kufur
Kufur Besar
Kufur besar bisa
mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam, diantaranya yaitu:[17]
a) Kufur Karena Mendustakan
Dalilnya adalah firman Allah.
Dalilnya adalah firman Allah.
وَمَنْ أَظْلَمُ
مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا
جَاءَهُ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ [٢٩:٦٨
Dan siapakah yang lebih zalim daripada
orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang
hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu
ada tempat bagi orang-orang yang kafir? ﴿٦٨﴾
b) Kufur Karena Enggan dan
Sombong, Padahal Membenarkan.
Dalilnya firman Allah.
Dalilnya firman Allah.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ
اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ
الْكَافِرِينَ [٢:٣٤]
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
c) Kufur Karena Ragu
Dalilnya adalah firman Allah.
Dalilnya adalah firman Allah.
وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ
أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا (٣٥)وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ
إِلَى رَبِّي لأجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا (٣٦)قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ
يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ
سَوَّاكَ رَجُلا (٣٧)لَكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا
(٣٨)
35. dan Dia memasuki
kebunnya sedang Dia zalim terhadap dirinya sendiri[882]; ia berkata: "Aku
kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, 36. dan aku tidak mengira hari
kiamat itu akan datang, dan jika Sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti
aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun
itu". 37. kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya - sedang Dia
bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (tuhan) yang
menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan
kamu seorang laki-laki yang sempurna? 38. tetapi aku (percaya bahwa): Dialah
Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.
[882] Yaitu: dengan
keangkuhan dan kekafirannya.
d) Kufur Karena Berpaling
Dalilnya adalah firman Allah.
Dalilnya adalah firman Allah.
مَا خَلَقْنَا
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ
مُسَمًّى ۚ وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ [٤٦:٣
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu
yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang
diperingatkan kepada mereka.
e)
Kufur Karena Nifaq
Dalilnya adalah firman Allah
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ
فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ [٦٣:٣]
Yang demikian itu adalah karena bahwa
sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati
mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.
Kufur kecil
Kufur kecil yaitu kufur yang
tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia adalah kufur amali.
Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar.
Seperti kufur nikmat, Sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya.
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ
يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ [١٦:٨٣]
Mereka
mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang kafir termasuk juga membunuh orang muslim,
sebagaimana yang disebutkan
dalam sabda Nabi.
“Artinya : Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
“Artinya : Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dan sabda beliau
“Artinya : Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggel leher sebagian yang lain” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim].
“Artinya : Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggel leher sebagian yang lain” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim].
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]
“Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]
Yang demikian itu karena Allah
tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin. Allah
berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى ۖ
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah : 178]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah : 178]
Allah tidak mengeluarkan orang
yang membunuh dari golongan orang-orang beriman, bahkan menjadikannya
sebagai saudara bagi wali yang (berhak melakukan) qishash[1].
Allah berfirman
فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ
شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ۗ
“Artinya : Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang baik (pula)” Al-Baqarah : 178]
“Artinya : Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang baik (pula)” Al-Baqarah : 178]
Yang dimaksud dengan saudara
dalam ayat di atas –tanpa diargukan lagi- adalah saudara seagama,
berdasarkan firman
Allah.
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ
إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ
إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ [٤٩:٩]
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ [٤٩:١٠]
“Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” [Al- Hujurat : 9-10] [2]
“Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” [Al- Hujurat : 9-10] [2]
3. Bahaya Kemunafikan
Orang-orang
yang menolak seruan islam secara terang-terangan, maka persoalanya sudah jelas
sebab batas-batas antara kekafiran mereka dan keimanan kaum muslimin sudah
demikian nyata, dimana ia tidak mungkin masuk kewilayah islam. Namun
orang-orang yang tidak bisa disebut mukmin tetapi tetap bergabung dengan jamaah
islam dengan cara menyatakan keislaman mereka hanya dimulut dan tidak dihati
termasuk orang-orang yang lemah iman, eksistensi mereka amat membahayakan
sistem islam. Sebab mereka bisa masuk ke wilayah islam tetapi tidak berakhlak
islam dan tidak pula mau mengikuti undang-undang dan mematuhi batasan-batasan yang
telah ditetapkannya. Dengan akhlak mereka yang rusak dan perilaku mereka yang buruk itu mereka
telah menghancurkan kebudayan dan peradapan kaum muslimin, dan dengan ketidak
teguhan hati mereka ituberarti mereka telah mengoyahkan sendi-sendi persatuan
kaum Muslim dan bersaham dalam menebarkan fitnah di kalangan mereka.[18]
Orang
seperti ini adalah orang yang disebut oleh Al-Qu’ran sebagai kaum munafik,
diantara sifat-sifat Orang munafiktersebut adalah bahwa mereka ini
menyatakan beriman dengan lidahnya tetapi tidak dengan hatinya.Allah berfirman
(Q.S. An-Nisa4:140)
ôs%ur
tA¨tR
öNà6øn=tæ
Îû
É=»tGÅ3ø9$#
÷br&
#sÎ)
÷Läê÷èÏÿx
ÏM»t#uä
«!$#
ãxÿõ3ã
$pkÍ5
é&töktJó¡çur
$pkÍ5
xsù
(#rßãèø)s?
óOßgyètB
4Ó®Lym
(#qàÊqès
Îû
B]Ïtn
ÿ¾ÍnÎöxî
4 ö/ä3¯RÎ)
#]Î)
óOßgè=÷VÏiB
3 ¨bÎ)
©!$#
ßìÏB%y`
tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$#
tûïÌÏÿ»s3ø9$#ur
Îû
tL©èygy_
$·èÏHsd
ÇÊÍÉÈ
140. dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di
dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta
mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya
(kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya
Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di
dalam Jahannam,
(Q.S.
An-Nisa: 89)
(#rur
öqs9
tbrãàÿõ3s?
$yJx.
(#rãxÿx.
tbqçRqä3tFsù
[ä!#uqy
( xsù
(#räÏGs?
öNåk÷]ÏB
uä!$uÏ9÷rr&
4Ó®Lym
(#rãÅ_$pkç
Îû
È@Î6y
«!$#
4 bÎ*sù
(#öq©9uqs?
öNèdrääÜsù
óOèdqè=çFø%$#ur
ß]øym
öNèdqßJ?y`ur
( wur
(#räÏGs?
öNåk÷]ÏB
$wÏ9ur
wur
#·ÅÁtR
ÇÑÒÈ
89. mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka
telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah
kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah
pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana
saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka
menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
semua yang telah diuraikan diatas terdapat bukti-bukti yang jelas bahwa
keimanan yang benar dan murni itu tidak bisa
tidak harus ada dalam rangka menegakkan dan mempertahankan sistem islam,
sebab kelamahan iman akan menyebabkan sistem ini menyimpang dari sumber aslinya
dan tidak akan mungkin bisa menghindarkan diri dari bahaya yang mengancam dari
luar, baik dalm bidang moral, social, kebudayaan, peradapan, ekonomi, politi
dan lain-lain.
bahwasanya
hakekat iman itu murakkab, artinya bersusun pada dua perkara. Pertama tashdiq
didalam hati yang tersebut itu, ikrar dengan lidah dengan dua kalimat syahadat.
Maka atas qaul ini barang siapa tashdiq didalam hatinya akan yang tersebut itu
tetapi dilidahnya tiada ikrar dengan dua
kalimat syahadat pada hal kuasa diatas ikrar, maka orang itu tiada
mu’min pada hokum zahir dan batin. Maka tiadalah ia daripada isi surga hanya
adalah ia daripada isis neraka kekal didalamnya selama-lamanya. Inilah qaul
yang kedua dari pada dua qaul yang masyhur pada hakikat iman.
Kufur besar
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala) amalnya,
sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, juga
tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya
tetap dihadapkan dengan ancaman. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam
neraka, sedankan kufur kecil, jika pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal
di dalamnya, dan bisa saja Allah memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga
ia tiada masuk neraka sama sekali. Orang-orang mukmin tidak boleh mencintai dan
setia kepadanya, betapun ia adalah keluarga terdekat. Adapun kufur kecil, maka
ia tidak melarang secara mutlak adanya kesetiaan, tetapi pelakunya dicintai dan
diberi kesetiaan sesuai dengan kadar keimanannya, dan dibenci serta dimusuhi
sesuai dengan kemaksiatannya.
Dan
akhir dari seruan kita adalah “segala puji bagi Allah Tuhan semasta alam”
DAFTAR
PUSTAKA
Abu A’la Maududi, Dasar-Dasar
Iman, Pustaka, Bandung 1970.
Abu
Daud, Transliterasi Kitab Tuhfaturraghibin, Yapida Martapura-Kalsel 1421
H/2000 M.
Ahmad, Muhammad, Tauhid
Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Jakarta. 1998.
Kitab
Ushuluddin, sifat dua puluh dan rukun iman yang enam, Fak. Ushuluddin. Banjarmasin.
2004M/ 1425H.
Latif,
Abdul Azis bin Muhammad Alu Abdi, Pembelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjut,Yayasan
Al-Sofwa, Jakarta, 1998. Cet. 1
Sayid
Sabiq, Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, Diponegoro. Bandung
2010, cet. 18.
[1] Sayid Sabiq, Aqidah Islam Pola
Hidup Manusia Beriman, Diponegoro. Bandung 2010, cet. 18. Hlm. 15
[2] Latif, Abdul Azis bin
Muhammad Alu Abdi, Pembelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjut, Yayasan
Al-Sofwa, Jakarta, 1998. Cet. 1, Hlm. 3
[3] Sayid Sabiq, Aqidah Islam Pola
Hidup Manusia Beriman, Diponegoro. Bandung 2010, cet. 18.
[4] Ahmad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, Pustaka
Setia, Jakarta. 1998. Hlm. 19
[5] Ahmad, Muhammad., Op.,
Cit., h. 19
[6] Abu Daud, Transliterasi
Kitab Tuhfaturraghibin, Yapida Martapura-Kalsel 1421 H/2000 M. hlm. 5
[7] Abu A’la Maududi, Dasar-Dasar
Iman, Pustaka, Bandung 1970, Hlm. 3
[8] Ibid,. h. 3
[9] Kitab Ushuluddin, sifat
dua puluh dan rukun iman yang enam, Fak. Ushuluddin. Banjarmasin. 2004M/ 1425H.
hlm;4
[10] Kitab ushuluddin, sifat
dua puluh dan rukun iman yang enam. Fak. Ushuluddin, Banjarmasin. 2004 M/
1425H. Hlm;45
[11] Ibid. hlm. 89.
[12] Ahmad, Muhammad, Tauhid
Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Jakarta. 1998.
[13] Ahmad, Muhammad., Op.,
Cit., h. 21
[15]Ahmad,
Muhammad., h. 21
[16]
Ahmad, Muhammad., h. 21
[18] Abu A’la Maududi, Dasar-Dasar
Iman, Pustaka, Bandung 1970, Hlm. 184
Tidak ada komentar:
Posting Komentar