Selasa, 10 Juli 2012

Pengantar Ilmu Kalam


BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan ia adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal). Keimanan itu merupakan “akidah dan pokok” yang diatasnya berdiri syariat Islam.[1]
Agama islam itu adalah Aqidah dan syari’ah. Adapun yang dimaksud degan Aqidah itu setiap perkataan yang dibenarkan oleh jiwa, yang denganya hati menjadi tenteram serta menjadi keyakinan bagi para pemeluknya, tidak ada keraguan dan kebimbangan didalamnya. Sedangkan yang dimaksud dengan syri’ah adalah tugas-tugas pekerjaan yang dibebankan oleh Islam seperti shalat, zakat,puasa, berbakti kepada orang tua dan lain-lain. Landasan aqidah Islamiayah adalah beriman kepada Allah, malaikat- malaikatNya,hari akhir, dan beriaman kepada qadar (taqdir) Nya, yang baik maupun yang buruk. Firman Allah (Q.S. Al- Baqarah: 177)[2]
* }§øŠ©9 §ŽÉ9ø9$# br& (#q9uqè? öNä3ydqã_ãr Ÿ@t6Ï% É-ÎŽô³yJø9$# É>̍øóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur É=»tGÅ3ø9$#ur z`¿ÍhÎ;¨Z9$#ur tA#uäur tA$yJø9$# 4n?tã ¾ÏmÎm6ãm ÍrsŒ 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur Îûur ÅU$s%Ìh9$# uQ$s%r&ur no4qn=¢Á9$# tA#uäur no4qŸ2¨9$# šcqèùqßJø9$#ur öNÏdÏôgyèÎ/ #sŒÎ) (#rßyg»tã ( tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur Îû Ïä!$yù't7ø9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#qè%y|¹ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)­GßJø9$# ÇÊÐÐÈ  
177. bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
Disini kami akan menjelaskan tentang keimanan itu dan juga sifat yang dapat membinasakan keimanan atau yang dimaksud adalah kufur. Baik dari segi pegertian ataupun dari hal yang lainya.


BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP IMAN DAN KUFUR DALAM ISLAM
Keimanan dan perbuatan, atau dengan kata lain ‘aqidah dan syariat. Keduanya itu antara satu dengan yang lain sambung-menyambung, hubungan-menghubungi dan tidak dapat berpisah yang satu dengan yang lainya. Keduanya adalah sebagai musabbab dengan sebabnya atau sebagai natijah (hasil) dengan mukaddimahnya  (pendahuluan). Oleh karena itu adanya hubungan yang amat erat itu maka amal perbuatan selalu disertakan penyebutanya dengan keimanan dalam sebagian besar ayat-ayat Al-Quran yaitu:[3]
ÎŽÅe³o0ur šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; ;M»¨Yy_ ̍øgrB `ÏB $ygÏFøtrB ㍻yg÷RF{$# ( $yJ¯=à2 (#qè%Îâ $pk÷]ÏB `ÏB ;otyJrO $]%øÍh   (#qä9$s% #x»yd Ï%©!$# $oYø%Îâ `ÏB ã@ö6s% ( (#qè?é&ur ¾ÏmÎ/ $YgÎ7»t±tFãB ( óOßgs9ur !$ygŠÏù Ólºurør& ×ot£gsÜB ( öNèdur $ygŠÏù šcrà$Î#»yz ÇËÎÈ  
25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya[32].
[32] Kenikmatan di syurga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani.
A.    IMAN
1.      Pengertian
Kata iman berasal dari bahasa Arab yang berarti tasdiq (membenarkan). Iman ialah kepercayaan dalam hati meyakini dan membenarkan adanya Tuhan dan membenarkan semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Kerana iman, seseorang mengakui adanya hal-hal yang wajib dan hal-hal yanh mutahil bagi Allah. Iman menjadikan seorang mukmin berbahagia dan berhak untuk mendapatkan surga Tuhan kelak di hari akhirat.[4]
Dalam pembahasan ilmu kalam atau ilmu tauhid, kosep iman terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:[5]
1)    Iman adalah tasdiq di dalam hati akan wujud Allah dan keberadaan Nabi atau Rasul Allah. Menurut konsep ini, iman dan kufur semata-mata adalah urusan hati, bukan terlihat dari luar. Jika seseorang sudah tasdiq (membenarkan/ meyakini) akan adanya Allah, maka ia sudah di sebut telah beriman, sekalipun perbuatannya belum sesuai dengan tuntunan ajaran agamanya. Konsep ini di anut oleh mazhab Murji’ah, Jahamiayah, dan Asy’ariyah.  
2)    Iman adalah tasdiq di dalam hati dan di ikrarkan dengan lidah. Dengan demikian, seseorang dapat digolongkan beriman apabila ia mepercayai dalam hatinya akan keberadaan Allah dan mengikrarkan (mengucapkan) kepercayaan itu dengan lidah. Antara Keimanan  dan amal perbuatan manusia tidak terdapat hubungan, yang terpenting dalam iman adalah tasdiq dan ikrar. Konsep ini telah di anut sebagian pengukut Muhammadiyah.
3)    Iman adalah tasdiq di dalam hati, ikrar  dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Antara iman dan perbuatan manusia terdapat keterkaitan karena keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini di anut oeh Mu’tazilah, Khawarij. 
Menurut Abu Hanafi dan Jamaah dari Asy’ariyah, bahwasanya hakekat iman itu murakkab, artinya bersusun pada dua perkara. Pertama tashdiq didalam hati yang tersebut itu, ikrar dengan lidah dengan dua kalimat syahadat. Maka atas qaul ini barang siapa tashdiq didalam hatinya akan yang tersebut itu tetapi dilidahnya tiada ikrar dengan dua  kalimat syahadat pada hal kuasa diatas ikrar, maka orang itu tiada mu’min pada hokum zahir dan batin. Maka tiadalah ia daripada isi surga hanya adalah ia daripada isis neraka kekal didalamnya selama-lamanya. Inilah qaul yang kedua dari pada dua qaul yang masyhur pada hakikat iman.[6]


2.      Makna Iman
Dasar pemikiran bagi perjalanan dan kehidupan praktis umat manusia seperti itulah yang menurut istilah Al-Qur’an disebut sebagai “iman”. Kata iman itu terdiri dari tiga huruf asal: Hamzah, Mim, dan Nun, yang merupakan kata kerja dari mashdar al-amn (keamanan) lawan kata dari al-khauf (ketakutan). Iman mengandung arti ketentraman dan kedamaian kalbu, yang dari kata itu pula muncul kata al-amanah (amanah, bias dipercaya) lawan kata dari al-khiyanah  (khianat, keingkaran).[7]
 Yang dimaksud dengan keimanan seseorang terhadap sesuatu, adalah bahwa dalam hati orang tersebut telah tertanam kepercayaan dan keyakinan tentang sesuatu, dan sejak itu ia tidak khawatir lagi terhadap menyelusupnya kepercayaan lain yang bertentangan dengan kepercayaannya, sedangkan yang dimaksud dengan lemah iman adalah orang yang hatinya tidak tidak pernah mengenyam ketenteraman dengan kepercayaannya. Lalu yang disebut kuat iman adalah orang yang sesudah menanamkan keyakinannya, membangun sepak-terjang hidupnya diatas asas yang kokoh dan kuat yang betul-betul bisa dijadikan pegangan serta memberikan jaminan ketentraman bahwa amal-amal yang ia laksanakan pasti sesuai dengan keyakinan itu. [8].
3.      Ruang lingkup Iman
 a. Iman Kepada Allah
Yang dimaksud degan imam  kepada Allah adalah mempercayai dengan sepenuhnya, tanpa ada keraguaan degan adanya Allah. Yang Maha Esa dan Yang Maha Sempurna, baik dari zatnya, sifat-sifatya maupun af’al( perbuatan)-Nya. Dan  mengikuti apa yang di perintahkan oleh Allah dan Rasul dan manjauhi apa-apa yang dilarangnya denan penuh keikhlasan.
Beriman kepada Allah Adela suatu pengakuaan bahwa tuhan yang sebenarnya Adalah Allah. Pengakuaan meliputi pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan dan dengan perbuatan. Jadi iman kepada Allah iman itu meliputi kepada tuhan terhadap anjuran-anjuranya Allah.[9]
b. Iman Kepada malaikat
Iman kepada malaikat mengandung arti bahwa seseorang percaya dengan sepenuhnya bahwa Allah mempunyai sejenis makhluk yang disebut malaikat, makhluk yang mulia yang tidak pernah durhaka kepada Tuhan dan senantisa menjalankan tugas dan kewajibannya.
Para malaikat itu di beri Allah SWT tugas- tugas tertantu. Ada yang bertugas menyanpaikan wahyu kepada nabi/ rasul yaitu malaikat jibril, dan ada juga yang bertugas mencatat segala ucapan dan perilaku manusia, baik atau buruk yaitu malaikat Raqib dan Atid, dan seterusnya.
Di dalam sebuah hadist  disebutkan bahwa malaikat itu di ciptakan oleh Allah dari nur( cahaya ), manusia dari tanah, dan jin dari api.
“malaikat diciptakan dari nur (cahaya), jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan sebelumnya kepada kamu(dari tanah. Riwayat Muslim dari Asyiah r.a)”.
c. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah ialah mempercayai bahwa Allah menurunkan bebarapa kitab kepada Rasul untuk menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada rasul itu cukup banyank, namun yang secara jelas disebutkan dalam al-Qur’anhanya empat yaitu: taurat, zabur, injil dan al Qur’an.  Masing-masing kitab tersebut diturunkan kepada Nabi Musa, nabi daud, nabi isa dan nabi Muhammad SAW.
Pengaruh keimanan kepada kitab-kitab Allah terhadap seseorang antara lain Adalah:
a. Mengajarkan toleransi terhadap pemeluk agama yang lain.
b. Memberi  keyakinan  bahwa al-Qur’an Adela kitab suci yang paling sempurna, lebih dari kitab-kitab suci lainya, dan merupakan kitab suci yang terakhir diturunkan oleh Allah SWT.
d. Iman Kepada Nabi/ Rasul
Beriman kepada nabi dan rasul ialah meyakini dan percaya bahwa Allah telah memilih di antara manusia, dngan memberikan wahyu kepada mereka , dan menjadikan mereka sebagai utusan untuk membiming manusia ke jalan yang benar.
Setiap muslim wajib mengimani adanya para rasul, di dalam al-Qur’an rasul yang wajib di imani ada 25 orang, 18 orang di sebutkan dalam surah an’am ayat  83-86 dan 7 orang  disebutkan dalam bebarapa surah.[10]
Kewajiban kepada nabi/ rasul cukup secara global saja. Maksudnya, setiap mukmin wajib percaya bahwa Allah mengutus bebarapa orang Rasul/Nabi, tanpa mengatahui berapa jumlah nabi/rasul itu serta siapa saja nama-namanya dan dimana mereka bertugas membimbing kaumnya. Jumlah nabi/rasul yang dicantumkan Allah adalah 25.
Nabi atau rasul yang diutus oleh Allah sebelum Nabi Muhamad SAW mempunyai tugas yang terbatas. Mereka hanya membimbing bangsa dan kaum nya, untuk waktu tertantu dan wilayah tertantu. Sedangkan Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh umat manusia, tanpa terbatas dan tidak terbatas oleh waktu sampai hari kiamat.
Dalil yang menunjukan  bahwa nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh umat manusia, sebagai nabi dan rasul terakhir, dan syariatnya berlaku untuk segala tempat dan zaman, antara lain firman Allah SWT dalam surah saba ayat 28; yang artinya:
“dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawaa berita gambira dan pemberi peringatan , tetapi kebanyakan mereka tidak mengatahui”.
Makna kita beriman kepada nabi dan rasul Adalah Mempertebal keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT sebab Allah dengan penuh cinta dan kasihnya selalu mengutus rasul untuk membimbing umat manusia agar mereka tidak tersesat dalam mencapai kebahagian hidup, di dunia maupun di akhirat.
e. Iman Kepada Hari Kiamat
Hari kiamat atau hari akhir juga disebut hari kehancuran alam semasta. Segala yang ada di dunia ini akan musnah dan semua mkhluk hidup akan mati. Dan selanjutnya berganti denga yang baru yang disebut alam akhirat.
Iman pada hari akhir berarti percaya akan adanya hari tersebut dan meyakini dengan sepenuhnya bawa hari kiamat itu pasti akan terjadi.
Hal-hal yang berhjbungan dengan hari kiamat ini antara lain Adela al-ba’ts(kebangkitan dari kubur), hisab(perhitungan amal baik dan buruk manusia), al-shirath(jalan yang terbentang di atas punggung neraka), surga, neraka.
Dalam surah al-Zumar ayat 68 Allah SWT berfirman; yang artinya:
“dan tiuplah sangkakala, Matilah orang-orang yang ada di langit dan di bumi, kecuali orang-orang yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala sekali lagi, maka mereka tiba-tiba berdiri menunggu(putusannya masing-masing)”.
Iman pada hari akhir memberikan pengaruh positif bagi kehidupan manusia, diantanya;
1. Akan selalu menjaga dan memelihara diri dari melakukan perbuatan dosa, dan akan selalu taat kepada Allah  karena amal , baik atau buruk aka nada balasanya di hari akhirat.
2. Sabar dalam menghadapi segala cobaan, karena yakin bahwa kesenangan dan kebahagiaan hidup yang sesungguhnya Adalah di akhirat.
f. Iman kepada Qadha dan Qadhar
Beriman kepada qadha dan qadhar ialah mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT telah menjadikan segala makhluk dangan kudrat dan iradat-Nya dan dengan segala hikmahnya. Didalam al-Qur’an di tegaskan bahwa semua makhluk telah ditetepkan takdirnya oleh Allah. Dari keterangan al-Qur’an tersebut tidak dapat dipahami bahwa makhluk tersebut tidak dapat melampaui batas ketantuan atau takdirnya yang ada[11] Dalam surah al-a’la ayat 2-3 Allah berfirman;
‘Yang menciptakan dan menyempurnakan(penciptaanya). Dan yang menantukan kadar(masing-masing)dan member petunjuk”
Qadha  ialah ketantuan-ketantuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam alam semasta. Misalnya bulan mengendari bumi, api yang sifatnya membakar dan benda tajam sifatnya melukai, sdangkan Qadhar ialah sesuatu yang belum ditetapkan benar-benar,tetapi jika di qadhakan barulah ia menjadi kenyataan.
Manfaat beriman kepada qadha dan qadhar,yaitu:
1. Mendorong lahirnya keberaniaan dan menegakkan kebenaran.
2. Menimbulkan ketenagan jiwa dan pikiran, tidak putus asa dalam menghadapi setiap persoalan, dan selalu tawakal kepad Allah SWT.[12]




  1. KUFUR
1.      Pengertian
Kata kufur atau kafir mempunyai lebuh dari satu arti. Kufur dalam banyak pengertian sering diantagoniskan atau sebagai eadaan yang berlawanan dengan iman. Adapun yang dimaksud dengan kufur dalam pembahasan ini adalah keadaan tidak percaya atau tidak beriman kepada Allah SWT. Maka orang yang kufur atau yang kafir adalah orang yang tidak percaya atau tidak beriman kepada Allah baik orang tersebut bertuhan selain Allah maupun tidak bertuhan, seperti paham komunis (ateis).[13]
Diantara sifat dan ciri orang kafir, yaitu:
1. Kufur kepada Allah swt.
2. Mempunyai sifat hasad dan dengki kepada orang mukmin.
3. Memperolok-olok Allah dan Rasul-Nya serta agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
4. Membuat kerusakan dimuka bumi dengan melakukan berbagai-bagai kezaliman.
5 . Memiliki sifat pendusta dan manipulasi terhadap orang lain; memerintahkan kemungkaran dan mencegah kebaikan seperti kikir, rakus, tamak dan membuat kerusakan lain dengan cara dan gaya bahasa yang indah sehingga orang lain terpedaya.[14]
Kekafiran jelas sangat bertentangan dengan akidah Islam atau tauhid sebab tauhid adalah kepercayaan dan keimanan atau keyakinan akan adanya Allah SWT. Orang kafir sering, melakukan bentahan terhadap ketentuan-ketentuan syariat Allah atau menantang Allah. Mereka selalu berdaya upaya agar Islam dan kepercayaannya lenyap dari permukaan bumi dengan berbagi jalan.[15]
Dengan demikian, kufur merupakan keadaan dimana seseorang tidak mengikuti ketentuan-ketentuan syariat yang telah digariskan oleh Allah. Oleh sebab itu, kufur mempunyai lubang-lubang yang kalau tidak hati-hati seorang manusia akan terjerumus ke dalam lubang yang menyesatkan, seperti syirik, nifak, murtad, tidak mau bersyukur, dan sebagainya.[16]. Allah berfirman.
óOs9 Ç`ä3tƒ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. ô`ÏB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$#ur tûüÅj3xÿZãB 4Ó®Lym ãNåkuŽÏ?ù's? èpuZÉit7ø9$# ÇÊÈ  
Orang-orang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (Q.S. Al-Bayinah: 1)
2.      Jenis-Jenis Kufur
Kufur Besar
Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima  macam, diantaranya yaitu:[17]
a)      Kufur Karena Mendustakan
Dalilnya adalah firman Allah.
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ [٢٩:٦٨
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? ﴿٦٨﴾

b)      Kufur Karena Enggan dan Sombong, Padahal Membenarkan.
Dalilnya firman Allah.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ [٢:٣٤]
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
c)      Kufur Karena Ragu
Dalilnya adalah firman Allah.
وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا (٣٥)وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لأجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا (٣٦)قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلا (٣٧)لَكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا (٣٨)
35. dan Dia memasuki kebunnya sedang Dia zalim terhadap dirinya sendiri[882]; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, 36. dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika Sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu". 37. kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya - sedang Dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? 38. tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.
[882] Yaitu: dengan keangkuhan dan kekafirannya.
d)     Kufur Karena Berpaling
Dalilnya adalah firman Allah.
مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ [٤٦:٣
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.

e)      Kufur Karena Nifaq
Dalilnya adalah firman Allah
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ [٦٣:٣]
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.
Kufur kecil
Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa  kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti  kufur nikmat, Sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya.
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ [١٦:٨٣]
Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir termasuk juga membunuh orang muslim,
sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi.
“Artinya : Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dan sabda beliau
“Artinya : Janganlah  kalian  sepeninggalku kembali  lagi  menjadi orang-orang  kafir, sebagian  kalian  memenggel  leher  sebagian  yang  lain” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim].
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa bersumpah  dengan  nama  selain  Allah,  maka ia telah berbuat kufur  atau  syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]
Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin. Allah  berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى ۖ
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah : 178]
Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang beriman, bahkan  menjadikannya sebagai saudara bagi wali  yang  (berhak melakukan) qishash[1].

Allah  berfirman
فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ۗ
“Artinya : Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang baik (pula)” Al-Baqarah : 178]
Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas –tanpa diargukan lagi- adalah saudara  seagama,
berdasarkan  firman  Allah.
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ [٤٩:٩]
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ [٤٩:١٠]
Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya  Allah menyukai orang berlaku  adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” [Al- Hujurat : 9-10] [2]
3.      Bahaya Kemunafikan
Orang-orang yang menolak seruan islam secara terang-terangan, maka persoalanya sudah jelas sebab batas-batas antara kekafiran mereka dan keimanan kaum muslimin sudah demikian nyata, dimana ia tidak mungkin masuk kewilayah islam. Namun orang-orang yang tidak bisa disebut mukmin tetapi tetap bergabung dengan jamaah islam dengan cara menyatakan keislaman mereka hanya dimulut dan tidak dihati termasuk orang-orang yang lemah iman, eksistensi mereka amat membahayakan sistem islam. Sebab mereka bisa masuk ke wilayah islam tetapi tidak berakhlak islam dan tidak pula mau mengikuti undang-undang dan mematuhi batasan-batasan yang telah ditetapkannya. Dengan akhlak mereka yang rusak  dan perilaku mereka yang buruk itu mereka telah menghancurkan kebudayan dan peradapan kaum muslimin, dan dengan ketidak teguhan hati mereka ituberarti mereka telah mengoyahkan sendi-sendi persatuan kaum Muslim dan bersaham dalam menebarkan fitnah di kalangan mereka.[18]
Orang seperti ini adalah orang yang disebut oleh Al-Qu’ran sebagai kaum munafik, diantara sifat-sifat Orang munafiktersebut adalah bahwa mereka ini menyatakan beriman dengan lidahnya tetapi tidak dengan hatinya.Allah berfirman (Q.S. An-Nisa4:140)
ôs%ur tA¨tR öNà6øn=tæ Îû É=»tGÅ3ø9$# ÷br& #sŒÎ) ÷Läê÷èÏÿxœ ÏM»tƒ#uä «!$# ãxÿõ3ム$pkÍ5 é&töktJó¡çur $pkÍ5 Ÿxsù (#rßãèø)s? óOßgyètB 4Ó®Lym (#qàÊqèƒs Îû B]ƒÏtn ÿ¾ÍnÎŽöxî 4 ö/ä3¯RÎ) #]ŒÎ) óOßgè=÷VÏiB 3 ¨bÎ) ©!$# ßìÏB%y` tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# tûï̍Ïÿ»s3ø9$#ur Îû tL©èygy_ $·èŠÏHsd ÇÊÍÉÈ  
140. dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,
(Q.S. An-Nisa: 89)
(#rŠur öqs9 tbrãàÿõ3s? $yJx. (#rãxÿx. tbqçRqä3tFsù [ä!#uqy ( Ÿxsù (#räÏ­Gs? öNåk÷]ÏB uä!$uÏ9÷rr& 4Ó®Lym (#rãÅ_$pkç Îû È@Î6y «!$# 4 bÎ*sù (#öq©9uqs? öNèdrääÜsù óOèdqè=çFø%$#ur ß]øym öNèdqßJ?y`ur ( Ÿwur (#räÏ­Gs? öNåk÷]ÏB $wŠÏ9ur Ÿwur #·ŽÅÁtR ÇÑÒÈ  
89. mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari semua yang telah diuraikan diatas terdapat bukti-bukti yang jelas bahwa keimanan yang benar dan murni itu tidak bisa   tidak harus ada dalam rangka menegakkan dan mempertahankan sistem islam, sebab kelamahan iman akan menyebabkan sistem ini menyimpang dari sumber aslinya dan tidak akan mungkin bisa menghindarkan diri dari bahaya yang mengancam dari luar, baik dalm bidang moral, social, kebudayaan, peradapan, ekonomi, politi dan lain-lain.
bahwasanya hakekat iman itu murakkab, artinya bersusun pada dua perkara. Pertama tashdiq didalam hati yang tersebut itu, ikrar dengan lidah dengan dua kalimat syahadat. Maka atas qaul ini barang siapa tashdiq didalam hatinya akan yang tersebut itu tetapi dilidahnya tiada ikrar dengan dua  kalimat syahadat pada hal kuasa diatas ikrar, maka orang itu tiada mu’min pada hokum zahir dan batin. Maka tiadalah ia daripada isi surga hanya adalah ia daripada isis neraka kekal didalamnya selama-lamanya. Inilah qaul yang kedua dari pada dua qaul yang masyhur pada hakikat iman.
Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala) amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, juga tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya tetap dihadapkan dengan ancaman. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedankan kufur kecil, jika pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan bisa saja Allah memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tiada masuk neraka sama sekali. Orang-orang mukmin tidak boleh mencintai dan setia kepadanya, betapun ia adalah keluarga terdekat. Adapun kufur kecil, maka ia tidak melarang secara mutlak adanya kesetiaan, tetapi pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan sesuai dengan kadar keimanannya, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kemaksiatannya.
Dan akhir dari seruan kita adalah “segala puji bagi Allah Tuhan semasta alam”


DAFTAR PUSTAKA

Abu A’la Maududi, Dasar-Dasar Iman, Pustaka, Bandung 1970.
Abu Daud, Transliterasi Kitab Tuhfaturraghibin, Yapida Martapura-Kalsel 1421 H/2000 M.
Ahmad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Jakarta. 1998.
Kitab Ushuluddin, sifat dua puluh dan rukun iman yang enam, Fak. Ushuluddin. Banjarmasin. 2004M/ 1425H.

Latif, Abdul Azis bin Muhammad Alu Abdi, Pembelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjut,Yayasan Al-Sofwa, Jakarta, 1998. Cet. 1
Sayid Sabiq, Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, Diponegoro. Bandung 2010, cet. 18.


[1] Sayid Sabiq, Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, Diponegoro. Bandung 2010, cet. 18. Hlm. 15
[2] Latif, Abdul Azis bin Muhammad Alu Abdi, Pembelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjut, Yayasan Al-Sofwa, Jakarta, 1998. Cet. 1, Hlm. 3
[3] Sayid Sabiq, Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, Diponegoro. Bandung 2010, cet. 18.
[4] Ahmad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Jakarta. 1998. Hlm. 19
[5] Ahmad, Muhammad., Op., Cit., h. 19
[6] Abu Daud, Transliterasi Kitab Tuhfaturraghibin, Yapida Martapura-Kalsel 1421 H/2000 M. hlm. 5
[7] Abu A’la Maududi, Dasar-Dasar Iman, Pustaka, Bandung 1970, Hlm. 3
[8] Ibid,. h. 3
[9] Kitab Ushuluddin, sifat dua puluh dan rukun iman yang enam, Fak. Ushuluddin. Banjarmasin. 2004M/ 1425H. hlm;4
[10] Kitab ushuluddin, sifat dua puluh dan rukun iman yang enam. Fak. Ushuluddin, Banjarmasin. 2004 M/ 1425H. Hlm;45
[11] Ibid. hlm. 89.
[12] Ahmad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Jakarta. 1998.
[13] Ahmad, Muhammad., Op., Cit., h. 21
[15]Ahmad, Muhammad., h. 21
[16] Ahmad, Muhammad., h. 21
[18] Abu A’la Maududi, Dasar-Dasar Iman, Pustaka, Bandung 1970, Hlm. 184

Tidak ada komentar:

Posting Komentar